thi is my story & this true...
dia cantik, anggun, pintar, kaya, santun & yg pasti rajin beribadah..
memang kita berteman sejak kecil, satu kelas lagi. tp dia tak pernah melihatku sebagai temannya.
mungkin dia menganggapku seperti debu yg lewat saja, gk lebih.
namun, sedikit rasa demi rasa tumbuh begitu saja, gk tau dari mana asalnya.
aku juga gak tau, mengapa dia yang tak ku kenal bisa membuat hati ku tak berhenti bergetar saat ku tatap matanya sepintas.
wktu itu aku cuma hanya bisa berdo'a “ya Tuhan, buatlah ini salah satu saat terbaik ku melihatnya.”
dalam benakku aku sangat2 ingin mendekatinya,, tapi aku gak tau caranya gimana.
bagaimana aku mau mendekati, sampai sekarang pun aku tak berani menyapanya.
aku memang cukup tau diri kok, kalo aku tak pantas untuknya. karena aku cuma cowok biasa yang tak punya kelebihan apa2 dibandingin dia yg punya segalanya.
apa Inikah yg namanya jatuh cinta dan aku berperan sebagai pengagum rahasia ? Aku tak tahu apa namanya.
Sampai skrng aku masih mengagumimu. tapi aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan ...
tuhan,, aku hanya berharap dia bisa melihatku, dan jika ini baik untuk dia dan aku,,
beri tahu dia bahwa disini ada yang mencintainya dengan tulus..!!
ini ada puisi untuknya yg tak pernah melihatku :
Kadang kala aku merasa bahwa semua yang kurasakan tidak masuk akal,,
tapi aku selalu meyakinkan diri bahwa itulah hal yang paling benar.
Seperti, ketika kutau dia bahagia maka yang kutau hatikupun merasakannya,
demikian juga dengan kesedihan dan penderitaannya,
entah bagaimana sakit dan perih tetesan air matanya turut kurasakan juga.
Ada saat-saat bahwa aku merasa aku sudah gila,
seperti ketika aku sungguh-sungguh merasa gelisah dan terpuruk dalam rasa yang tak kumengerti; tak nyaman tapi kurindukan.
Rasa saat kuyakin bahwa akulah orang yang sungguh-sungguh menginginkannya,
membutuhkannya, dan memimpikannya dalam malam-malam sendiri dan kesepianku.
Kadang logika menertawakan hatiku, dan yang kutau aku hanya bisa membeku,
tau tau mengapa dan harus bagaimana.
Seandainya sederhana saja mengucapkan cinta…
tapi ketika namanya tertiup terbawa angin beterbangan dan menyentuh telingaku,
aku merasakan kebahagiaan dan kesedihan dalam waktu yang sama seperti saat merasakan dingin menggigit dan panas membara di dalam dada.
Oh Tuhan aku mencintainya dengan seluruh jiwa,
oh Tuhan bagaimana aku harus mengatakannya?
Mungkin memang lebih mudah untuk terus membiarkan saja, terus mencintanya dalam diam,
ini menyedihkan tapi buatku inilah rasa yang paling nyaman.
0 komentar:
Posting Komentar